Newest Post
Candi Prambanan
Candi Prambanan | |
---|---|
Nama sebagaimana tercantum dalam Daftar Warisan Dunia | |
Negara | Indonesia |
Tipe | Budaya |
Kriteria | i, iv |
Rujukan | 642 |
Kawasan UNESCO | Asia Pasifik |
Sejarah pengukuhan | |
Tahun pengukuhan | 1991 (sesi ke-15) |
Candi ini terletak di desa Prambanan, pulau Jawa, kurang lebih 20 kilometer timur Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.[1] Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.[2] Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[3]
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, di masa kerajaan Medang Mataram.
|
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').[4] Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta beliau.[5] Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari "Para Brahman", yang mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana.
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
[sunting] Diterlantarkan
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai terlantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
[sunting] Penemuan kembali
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang.Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap terlantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktek penjarahan ukiran dan batu candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan pondasi rumah.
[sunting] Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993 [6].Kanjeng Ratu Laut Kidul Berasal dari Tanah Batak (Bagian 1)
Di Sadur dari Artikel: AGUS SISWANTO DAN EKA SUPRIATNA
Pada
tgl. 6 Februari 2008 lalu, Misteri mendapat undangan seorang rekan
bernama Malau. Beliau mengajak Misteri untuk mengikuti ritual di
Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Sebuah ritual untuk mengungkap asal usul
Kanjeng Ratu Kidul. Tentu saja tawaran itu Misteri sambut hangat.
Terlebih ketika dia mengatakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul berasal dari
Tanah Batak.
Sejauh
ini terdapat berbagai pendapat seputar asal usul sosok Kanjeng Ratu
Kidul. Ada yang mengatakan, Kanjeng Ratu Kidul sesungguhnya adalah Ratu
Bilqis, isteri Nabi Sulaiman Alaihissalam. Dikisahkan, setelah wafatnya
Nabi Sulaiman as., Ratu Bilqis mengasingkan dirinya ke suatu negeri. Di
sana beliau bertapa hingga moksa atau ngahyang.
Legenda
lain seputar Kanjeng Ratu Kidul adalah Dewi Nawang Wulan, sosok
bidadari yang pernah diperisteri Jaka Tarub. Sedangkan kisah lain tidak
secara spesifik menyebutkan asal Kanjeng Ratu Kidul, kecuali dia puteri
seorang raja di Tanah Jawa.
Sinyalemen
Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak bukannya tanpa alasan. Isu
ini pertama kali dibicarakan tahun 1985, ketika dalam suatu acara adat
Batak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), beberapa orang mengangkat
masalah ini. Tetapi rupanya tidak terlalu mendapat respon yang hadir.
Isu pun tenggelam dengan sendirinya.
Ketika
Misteri membuka internet, hanya terdapat satu situs yang menyinggung
masalah ini. Itupun hanya dalam beberapa baris kalimat saja. Demikian
kutipannya:
“Ini
dia cerita tentang Ratu Laut Selatan yang dipercaya sebagian orang
sebagai Biding Laut, saudara dari Saribu Raja yang notabene adalah
keturunan Raja Batak.…tapi baca dulu kisahnya ya… siapa tau Nyi Roro
Kidul emang keturunan Raja Batak”. (23 desember 2004, http://mappa.blogspot.com). Hanya sekilas saja kalimat yang menyinggung Kanjeng Ratu Kidul sebagai orang Batak.
Padahal,
sebagaimana diungkapkan Silalahi, di daerah Samosir ada seorang wanita
yang kerap kali kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Wanita bernama Boru
Tumorang ini sering mengaku sebagai Kanjeng Ratu Kidul ketika sedang trance. Itulah sebabnya, Boru Tumorang sengaja didatangkan ke Jawa untuk mengikuti ritual menguak asal usul Kanjeng Ratu Kidul.
LEGENDA BIDING LAUT
Sebelum
melakukan perjalanan ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Misteri menyempatkan
diri berbincang-bincang dengan Silalahi (40 thn), spiritualis yang akan
memimpin ritual tersebut.
“Legenda
asal usul Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak ini tidak lepas
dari kisah Raja-raja Batak,” demikian Silalahi memulai ceritanya.
Dikisahkan,
perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja yang mempunyai dua
orang putra. Putra sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi
nama Raja Isumbaon.
Putra
sulungnya, yakni Guru Tatea Bulan memiliki 11 anak (5 putera dan 6
puteri). Kelima putera bernama: Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana,
Sagala Raja dan Lau Raja. Sedangkan keenam puteri bernama: Biding Laut,
Siboru Pareme, Paronnas, Nan Tinjo, Bulan dan Si Bunga Pandan.
Putri
tertua yakni Biding Laut memiliki kecantikan melebihi adik perempuan
lainnya. Dia juga memiliki watak yang ramah dan santun kepada
orangtuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong anak yang paling
disayangi kedua orangtuanya.
Namun,
kedekatan orangtua terhadap Biding Laut ini menimbulkan kecemburuan
saudara-saudaranya yang lain. Mereka lalu bersepakat untuk menyingkirkan
Biding Laut.
Suatu
ketika, saudara-saudaranya menghadap ayahnya untuk mengajak Biding Laut
jalan-jalan ke tepi pantai Sibolga. Permintaan itu sebenarnya ditolak
Guru Tatea Bulan, mengingat Biding Laut adalah puteri kesayangannya.
Tapi saudara-saudaranya itu mendesak terus keinginannya, sehingga sang
ayah pun akhirnya tidak dapat menolaknya.
Pada
suatu hari, Biding Laut diajak saudara-saudaranya berjalan-jalan ke
daerah Sibolga. Dari tepi pantai Sibolga, mereka lalu menggunakan 2 buah
perahu menuju ke sebuah pulau kecil bernama Pulau Marsala, dekat Pulau
Nias.
Tiba
di Pulau Marsala, mereka berjalan-jalan sambil menikmati keindahan
pulau yang tidak berpenghuni tersebut. Sampai saat itu, Biding Laut
tidak mengetahui niat tersembunyi saudara-saudaranya yang hendak
mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti saja kemauan
saudara-saudaranya berjalan semakin menjauh dari pantai.
Menjelang tengah hari, Biding Laut merasa lelah hingga dia pun beristirahat dan tertidur. Dia sama sekali tidak menduga
ketika dirinya sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan
saudara-saudaranya meninggalkan Biding laut sendirian di pulau itu.
Di
pantai, saudara-saudara Biding Laut sudah siap menggunakan 2 buah
perahu untuk kembali ke Sibolga. Tetapi salah seorang saudaranya
mengusulkan agar sebuah perahu ditinggalkan saja. Dia khawatir kalau
kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan kecurigaan. Lebih baik
satu saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang menanyakan dikatakan
sebuah perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut.
Tapi apa yang direncanakan saudara-saudaranya itu bukanlah menjadi kenyataan, karena takdir menentukan lain.
BIDING LAUT DI TANAH JAWA
Ketika terbangun
dari tidurnya, Biding Laut terkejut mendapati dirinya sendirian di
Pulau Marsala. Dia pun berlari menuju pantai mencoba menemui
saudara-saudaranya. Tetapi tidak ada yang dilihatnya, kecuali sebuah
perahu.
Biding
laut tidak mengerti mengapa dirinya ditinggalkan seorang diri. Tetapi
dia pun tidak berpikiran saudara-saudaranya berusaha mencelakakannya.
Tanpa pikir panjang, dia langsung menaiki perahu itu dan mengayuhnya
menuju pantai Sibolga.
Tetapi
ombak besar tidak pernah membawa Biding Laut ke tanah kelahirannya.
Selama beberapa hari perahunya terombang-ombang di pantai barat
Sumatera. Entah sudah berapa kali dia pingsan karena kelaparan dan udara
terik. Penderitaannya berakhir ketika perahunya terdampar di Tanah
Jawa, sekitar daerah Banten.
Seorang
nelayan yang kebetulan melihatnya kemudian menolong Biding Laut. Di
rumah barunya itu, Biding Laut mendapat perawatan yang baik. Biding Laut
merasa bahagia berada bersama keluarga barunya itu. Dia mendapat
perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap, keberadaannya di desa itu
menjadi buah bibir masyarakat, terutama karena pesona kecantikannya.
Dikisahkan,
pada suatu ketika daerah itu kedatangan seorang raja dari wilayah Jawa
Timur. Ketika sedang beristirahat dalam perjalanannya, lewatlah seorang
gadis cantik yang sangat jelita bak bidadari dari kayangan dan menarik
perhatian Sang Raja. Karena tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok
jelita itu yang ternyata Biding Laut. Terpesona kecantikan Biding Laut,
sang raja pun meminangnya.
Biding Laut tidak menolak menolak pinangan itu, hingga keduanya pun menikah. Selanjutnya Biding Laut dibawanya serta ke sebuah kerajaan di Jawa Timur.
TENGGELAM DI LAUT SELATAN
Biding
Laut hidup berbahagia bersama suaminya yang menjadi raja. Tetapi
kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Terjadi intrik di dalam istana
yang menuduh Biding Laut berselingkuh dengan pegawai kerajaan. Hukum
kerajaan pun ditetapkan, Biding Laut harus dihukum mati.
Keadaan
ini menimbulkan kegalauan Sang Raja. Dia tidak ingin isteri yang sangat
dicintainya itu di hukum mati, sementara hukum harus ditegakkan. Dalam
situasi ini, dia lalu mengatur siasat untuk mengirim kembali Biding Laut
ke Banten melalui lautan.
Menggunakan
perahu, Biding Laut dan beberapa pengawal raja berangkat menuju Banten.
Mereka menyusuri Samudera Hindia atau yang dikenal dengan Laut Selatan.
Namun
malang nasib mereka. Dalam perjalanan itu, perahu mereka tenggelam
diterjang badai. Biding Laut dan beberapa pengawalnya tenggelam di Laut
Selatan.
Demikianlah sekelumit legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai sosok asli Kanjeng Ratu Kidul.
“Dalam
legenda raja-raja Batak, sosok Biding Laut memang masih misterius
keberadaannya, Sedangkan anak-anak Guru Tatea Bulan yang lain tercantum
dalam legenda,” kata Silalahi dengan mimik serius.
Sementara
itu, Boru Tumorang (45 thn) mengaku sudah lama dirinya sering kemasukan
roh Kanjeng Ratu Kidul. Terutama terjadi saat kedatangan tamu yang
minta tolong dirinya untuk melakukan pengobatan. Tetapi Boru Tumorang
tidak mengerti mengapa raganya yang dipilih Kanjeng Ratu Kidul. Semuanya
terjadi diluar keinginannya.
Kanjeng Ratu Laut Kidul Berasal dari Tanah Batak (Bagian 2)
RITUAL PEMANGGILAN KANJENG RATU KIDUL
Untuk
membuktikan keberadaan sosok legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai
Kanjeng Ratu Kidul, Misteri bersama 8 orang rekan yang semuanya bersuku
Batak sengaja datang ke Pelabuhan Ratu untuk melakukan ritual
pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul.
Lokasi
pertama adalah makam Guru Kunci Batu Kendit Abah Empar. Lokasi ini
cukup dikenal masyarakat, terutama yang hendak melakukan ritual
pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul. Konon, di tempat ini Kanjeng Ratu Kidul
memang biasa muncul.
Sebelum melakukan ritual, sebagaimana biasanya beberapa ubo rampe telah disiapkan, diantaranya: jeruk, jeruk purut, apel, daun sirih, pisang raja, anggur, minyak jin, kembang sepatu, tepung beras, kelapa dan gula (itaguruguru-bahasa Batak).
Sekitar
pukul 22.30 malam, dimulailah acara ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu
Kidul. Ketika itu, Silalahi dan Boru Tumorang tampak membaca
mantera-mantera. Beberapa saat kemudian, Silalahi mulai
menampakkan perubahan ekspresi wajah. Sosok gaib yang dipanggil
tampaknya telah merasuk ke dalam raganya. Belakangan Misteri mengetahui,
sosok gaib itu adalah roh Raja Batak.
Sementara
dalam waktu hampir bersamaan, Boru Tumorang pun memperlihatkan ekspresi
kesurupan. Tiba-tiba tubuhnya tersungkur lalu merangkak bergeser
posisi. Setelah itu, dia kembali duduk dengan wajah tertunduk dan mata
terpejam. Roh Kanjeng Ratu Kidul telah merasuk ke dalam raga wanita asal
Samosir ini.
Terjadilah
dialog dalam bahasa Batak antara Silalahi (yang sudah kemasukan roh
Raja Batak) dengan Boru Tumorang dan beberapa orang yang hadir.
Sepanjang dialog itu, ekspresi wajah Boru Tumorang berubah-ubah.
Terkadang tersenyum, tertawa, menangis dan melantunkan lagu berisi
sejumlah nasehat.
Kalimat pertama yang diucapkan Kanjeng Ratu Kidul adalah
”Kenapa
baru sekarang kalian datang untuk menemui saya? Padahal saya sudah lama
berada di sini,”ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang.
Ketika
salah seorang yang hadir bertanya tentang Biding Laut, seketika Kanjeng
Ratu Kidul menukas,” Ya, sayalah Biding Laut. Terserah apakah kalian
akan percaya atau tidak.”
Selanjutnya
dialog meluncur begitu saja. Beberapa dialog yang Misteri catat
diantaranya saat Boru Tumorang menangis sambil berkata:
“Boasa
gudang hamo nalupa tuauito (kenapa kalian sudah lupa sama saya)?” ujar
Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang. “Ahado sisukunonmuna
(Apa yang kalian mau pertanyakan)?” lanjut Kanjeng Ratu Kidul.
“Hamirotuson nanboru namagido tangiansiangho (Kami datang kesini untuk minta doa dari Nyai),” jawab salah seorang yang hadir.
“Asadikontuhata pasupasu dohut rajohi (Biar diberikan Tuhan berkat kepada kami),” kata yang lain.
Tampak
Boru Tumorang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Kepalanya seperti
digelengkan, terkadang mengangguk-angguk. Sesaat kemudian dia berkata,
“Posmaruham,
paubahamuma pangalaho rohamuna (Percayalah. Asalkan kalian berubah
sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik, itu pasti akan terjadi).”
Selanjutnya dia berkata lagi,”Asarat martonggo mahita tuoputa (Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan).”
“Molonang
muba rohamu nalaroma balainna he he mamuse kuti tuinjang (Kalau tidak
berubah sikap dengan baik akan muncul bencana lagi-tsunami)”
“Dangdiadia
dope namasae naosolpu nalaroma muse naung gogosiani (Belum seberapa
bencana yang sudah lalu. Lebih dahsyat bencana yang akan datang lagi.
Kalau kalian tidak percaya kepada Tuhan).”
Nasehat
Kanjeng Ratu Kidul itu tampaknya ditujukan ke semua orang. Sedangkan
kepada anak keturunannya dari suku Batak, Kanjeng Ratu Kidul berkata,
”Posmarohamu
amang paboanhudoi tuhamu pomparanhu dibagasan parnipion (Percayalah.
Semua keturunanku akan saya beritahukan lewat mimpi masing-masing).”
“Posmaroham amang patureon hudo sube popparamme (Percayalah, akan saya bantu dan saya tolong semua keturunannmu ini).
Kanjeng Ratu Kidul juga berpesan kepada semua manusia agar tidak membeda-bedakan suku,
”Pabohamu tumanisiae asa unang mambedahon popparanhisude (Beritahu kepada semua manusia supaya tidak membedakan suku).”
Dialog
dengan roh Kanjeng Ratu Kidul itu berlangsung sekitar setengah jam. Isi
dialog sarat dengan nasehat kepada manusia agar selalu berbuat
kebajikan.
Namun yang pasti, dalam dialog itu juga Kanjeng Ratu Kidul menceritakan sosok asal usul dirinya dan nama aslinya.
Upaya
penelusuran ini membuka wacana baru seputar asal usul Kanjeng Ratu
Kidul. Acara ritual ini pun tidak dimaksudkan untuk membenarkan satu
fihak. Sebagaimana dikatakan Silalahi,
“Kami
tidak bermaksud mengklaim kebenaran pendapat kami,”ujar Silalahi sambil
tersenyum. “Tetapi kami hanya mencoba mengangkat kembali sebuah isu
yang sudah lama berkembang di daerah kami. Kebenarannya boleh saja
diperdebatkan,” lanjutnya.
Benar
apa yang dikatakannya. Sosok gaib Kanjeng Ratu Kidul memang layak
diperdebatkan. Keberadaan maupun asal usulnya bisa darimanapun juga.
Tetapi yang pasti, nasehat-nasehat Kanjeng Ratu Kidul yang diucapkan
melalui medium yang keserupan, seringkali mengingatkan kita untuk selalu
percaya kepada Tuhan.
SEJARAH SINGKAT KEMERDEKAAN INDONESIA
OPINI | 17 August 2012 | 15:59 Dibaca: 6423 Komentar: 3 3 aktual
Berawal dari pecahnya “Perang Asia Timur Raya “ , dan Amerika menyatakan
perang kepada Jepang karena serbuan tentara Jepang di Pusat Pertahanan
Amerika Serikat “Pearl Harbour” pada tgl 8 Desember 1941. Tentara Jepang
dengan Angkatan Laut dan Angkatan Udaranya semakin agresif beraksi mendarat
di wilayah Indocina ,Filipina , Malaya dan Indonesia. Pemerintah Hindia
Belanda ikut ikutan Sekutu menyatakan perang dengan Jepang. Jepang
mendarat ke Indonesia dengan tujuan melumpuhkan pasukan Belanda
.Pendaratan pertama tentara Jepang di Tarakan kemudian merambah ke
daerah Balik Papan,Manado, Ambon, Makasar, Pontianak dan Palembang.
Daerah daerah di Jawa juga dikuasainya ,pada tgl 1 Maret 1942 ,Jepang
mendarat di BAnten, Indramayu dan Rembang. Wilayahnya semakin meluas
dengan dikuasainya Batavia tgl 5 Maret 1942 , dan semakin merajalela ke
wilayah Surakarta, Cikampek, Semarang dan Surabaya . Belanda semakin
terdesak dengan penyerangan Jepang dan Ooh akhirnya Pemeritah Hindia Belanda menyatakan “menyerah tanpa syarat”
Masyarakat Indonesia pada awalnya menyambut
dengan ramah kedatangan militer Jepang , dapat dilihat dari sikap
kooperatif tokoh tokoh Nasional kita Ir. Soekarno dan Moh Hatta.
Pemerintahan Jepang mulai aktif merangkul rakyat dengan pembentukan
organiasasi masyarakat , yang sebenarnya “ada udang di balik batu”
sebenarnya dibalik itu untuk kepentingan Jepang di Perang
Dunia II. Organisasi itu antara lain :Gerakan Tiga A, Pusat Tenaga
Rakyat (PUTERA), Jawa Hokokai, Seinendan, Keibodan, Fujinkai, Heiho,
MIAI, Pembentukan BPUPKI
BPUPKI(Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan RI) dibentuk pada th 1943 dibawah pemerintah Perdana Menteri Tojo, bertugas untuk mempelajari dan menyelidiki hal hal yang penting dan
perlu bagi pembentukan pemerintah Indonesia. Dalam perkembangannya
selanjutnya BPUPKI dibubarkan dan diganti nama oleh tokoh pejuang kita ,
dari BPUPKI menjadi PPPKI atau dikenal dengan Docoritsu Junbi Inkai,
dengan penggantian nama ini terkesan bahwa organisasi PPPKI bukan
bentukan Jepang tetapi hasil kesepakatan dan perjuangan
para tokoh kemerdekaan Indonesia. Peristiwa penting yaitu pertemuan
Soekarno ,M Hata dan Rajiman Wedyodiningrat dengan Jenderal Terauchi di
Dalat menyampaikan bahwa pemerintah Jepang telah memutuskan akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia yang wilayahnya meliputi bekas
wilayah Hindia-Belanda.
KEKALAHAN JEPANG DAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Pasukan Jepang mulai melemah, kekalahan dan
kekalahan diperolehnya dan Amerika semakin kuat ,apalagi setelah menarik
pasukannya yang ada di Eropa. Serangan Jepang dapat dihentikan oleh
tentara Amerika antara lain pada bulan Mei 1942 di pertempuran Laut
Koral dan Juni 1942 di Pertempuran Midway. Jepang semakin klepek klepek
karena Amerika mengamuk sehingga pada tgl 6 Agustus 1945 AS menjatuhkan Bom Atom
pertamanya di Hiroshima . Amerika belum puas juga dan tiga hari
kemudian tanggal 9 Agustus Bom Atom kedua mendarat kembali di kota
Nagasaki, dua pusat kota pemerintahan Jepang menjadi hancur rata dengan
tanah. Akhirnya Ohhhh Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu pada tgl 14 Agustus 1945. Penyerahan kalah itu dilakukan di kapal
Missouri pada tanggal 2 September 1945 oleh Kaisar Hirohito(Jepang) dan
Jendral Douglas Mc Arthur(Sekutu)
Berita kekalahan Jepang terhadap Sekutu tidak dapat
disembunyikan, dengan perjanjian Post Dam Jepang menyerahkan
kekuasaannya kepada Sekutu dan otomatis di Indonesia terjadi kekosongan
kekuasaan . Kesempatan ini dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia dengan
memproklamasikan KEMERDEKAAN INDONESIA.
Indramayu, 17 Agustus 2012